Bicara soal masalah yang akan kita hadapi memang tidak ada habisnya. Karena masalah memang sunatullah yang tidak bisa kita tiadakan, masalah bukan berati bencana atau akhir dari segalanya, karena setiap masalah tentunya juga punya yang namanya solusi.
Indonesia
saat ini berada di persimpangan sejarah. Pertumbuhan ekonominya terbesar ke dua
se asia, demokrasinya di urutan ke tiga dunia, dan pertumbuhan kelas menengah
ke atas memimpin di kawasan asia tenggara, banyak pengamat memprediksi
Indonesia bakal menjadi Negara yang maju alias adidaya. Kita boleh bangga, tapi
kita juga punya banyak sekali masalah yang harus di selesaikan.
Ancaman bangsa yang paling nyata adalah korupsi,
kebodohan, ketidak-pedulian, potensi konflik, marginalisasi,
ekstrimisme, xenophobia dan ketidak-mampuan membaca tanda zaman. Masalah ini bukanlah topik baru, sudah bertahun-tahun sejak republik ini merdeka. Terselesaikan ?
belum, kebijakan baru justru menimbulkan masalah baru. Kebijakan yang tidak fokus
pada akar masalah hanya memperpanjang masa aktif masalah tersebut juga memicu
masalah baru.
Bila
kita cari benang merahnya, hampir semua masalah yang sedang kita hadapi akarnya
adalah masalah pendidikan. Jangankan daerah pelosok, di daerah yang mudah di
akses saja persebaran guru tidak merata, belum lagi ketika kita berbicara
masalah kualitas atau kepasitas tenaga pendidik dan infrastruktur.
Menyelesaikan
masalah pendidikan bukan hal mudah. Namun, penulis mencoba memberi sebuah
gagasan yang mungkin membantu untuk mengurangi masalah pendidikan yang ada.
Tentunya dengan sudut pandang khas pelajar dan gen z atau generasi 21 sesuai
background penulis.
Alangkah
baiknya kita mengenal dulu apa itu gen z secara singkat. Kalau kita memakai
teori yang di kembangkan di Amerika, sekarang kita hidup di sebuah generasi
baru yang di sebut gen z, kalau menurut Indonesia namanya generasi 21 atau
generasi emas. Generasi yang identik dengan teknologi, terkenal sebagai
multi-tasker yang handal, 20% waktunya habis di social media, dan internet
menjadi kebutuhan pokok layaknya makanan.
Abad
21 membawa banyak perubahan, salah satunya pada bidang pendidikan. Sistem
konvensional mulai berkombinasi dengan sistem modern menghasilkan pendidikan
online. Memberikan akses lebih mudah bagi pelajar untuk belajar dari tenaga
pendidik handal.
Rovolusi
pendidikan yang dipelapori oleh Salman Khan ini sebenarnya memberikan kita
jawaban akan masalah pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan penyebaran
guru dan kapasitas tenaga pendidik.
Khan
Academy yang di rintisnya sangat membatu bagi siswa dalam proses perjalan intelektual sang pembelajar,
namun bahasa pengantarnya adalah bahasa inggris yang tidak semua siswa dapat
memahami. Sebenarnya di Indonesia sudah ada, tapi berbentuk lembaga bimbingan
belajar jarak jauh yang berpusat di Jakarta, responnya juga positif dan
berdampak besar dalam perjalanan intelektual murid. Namun, karena harus
membayar memberi kesan bahwa pendidikan layak hanya bagi mereka yang berduit.
Penulis
melihat bahwa untuk sedikit membantu mengurangi masalah pendidikan yang tak
kunjung selesai,khususnya kualitas tenaga pendidik pemerintah harus menyediakan akses media pembelajaran baik
online maupun offline untuk pelajar dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia
oleh tenaga pendidik handal. Karena orang hebat lahir ditangan orang hebat,
maka pelajar hebat tentunya di cetak oleh guru hebat.
Seperti apa bentuk media pembelajaran tersebut ? media belajar yang sedang dibutuhkan pelajar generasi z sekarang ini adalah sebuah media pembelajaran berupa video berisi muatan materi sesuai kurikulum sekolah, baik yang bisa di akses melalui internet ataupun secara offline bagi yang daerah yang belum terjamah internet.
Ada banyak aspek yang harus diperhatikan, tidak hanya tenaga pendidik yang harus berkualitas. Biaya, koneksi internet yang belum rata dan sekolah yang berada dipelosok yang komputer saja mungkin tidak punya menjadi aspek yang harus diperhatikan.
Ada banyak aspek yang harus diperhatikan, tidak hanya tenaga pendidik yang harus berkualitas. Biaya, koneksi internet yang belum rata dan sekolah yang berada dipelosok yang komputer saja mungkin tidak punya menjadi aspek yang harus diperhatikan.
Salah
satu program menkominfo adalah meningkatkan dan meratakan koneksi internet, jadi tidak usah
pusing-pusing di bahas karena sudah ada yang mengatur. Soal biaya pembuatan
media belajar berupa video sepertinya pemerintah, mendikbud khususnya sangat mampu, kalau lembaga
non pemerintahan seperti khan academy saja mampu apalagi sebuah Negara yang setiap tahunnya memiliki
anggaran khusus untuk pendidikan. lebih-lebih anggaran selalu naik, Anggaran Pendidikan Tahun 2014 saja naik 7,5 % menjadi Rp 371,2 Triliun.
Untuk sekolah yang dipelosok dan tidak
memiliki komputer rasanya anggaran untuk sebuah komputer dan lcd rasanya bukan hal sulit
untuk arti sebuah perubahan dan melunasi janji kemerdekaan oleh pemerintah, kalau tidak terjamah internet
pemerintah bisa memberikan keeping cd berisi file media pembelajaran yang bisa
di akses secara offline sehingga tidak lagi menjadi halangan.
Boleh dibilang cara ini paling efektif dan efisien selagi kita menunggu pemerataan kualitas guru. Pemerintah hanya perlu menyidikan beberapa guru yang berkualitas sebagai pemateri yang bisa diajarkan kejutaan siswa-siswi. Saatnya pemerintah mencetak generasi cerdas dengan cara khas generasinya.
Boleh dibilang cara ini paling efektif dan efisien selagi kita menunggu pemerataan kualitas guru. Pemerintah hanya perlu menyidikan beberapa guru yang berkualitas sebagai pemateri yang bisa diajarkan kejutaan siswa-siswi. Saatnya pemerintah mencetak generasi cerdas dengan cara khas generasinya.
Dengan
begitu, kekurangan guru yang layak bisa diturunkan, kekosongan guru handal
dipelosok bisa sementara terisi sehingga tidak banyak waktu yang terbuang. Guru yang tadinya kurang menguasai materi juga bisa kembali. Pendidikan model ini yang sedang dibutuhkan gen z.
Genentrasi abad 21 Indonesia tidak boleh kehilangan momentum untuk memajukan Indonesia gara-gara kekurangan guru, jangan sampai anak yang penuh potensi tersia-siakan karena tidak mendapat pendidik handal, ini yang sedang pelajar butuhkan, pendidikan tambahan online berkualitas, kami butuh knowledge society. Khas abad 21 semangat 45.
Generasi petama abad 21 harus bangga dengan kekayaan dan keluhuran warisan budaya Indonesia, dan yakin bahwa kejayaan Indonesia yang lebih besar masih menanti di masa depan. "pengabdian, keunggulan, inovasi, keterbukaan, konektifitas"adalah semboyan kami.
Perubahan yang terpenting adalah modernisasi cara pandang, karena Indonesia abad ke-21 harus memiliki wawasan abad ke-21 guna menjawab berbagai tantangan baru yang belum terpikirkan oleh generasi pendahulu. Kebesaran sebuah bangsa tercermin dalam sastranya, seni arsitekturnya, dan desain-nya, kami ingin mendorong kebangkitan Indonesia di dunia seni dan industri kreatif, dan ini semua dimulai dari sebuah pendidikan.
Daftar Pustaka :
01. Wiratna, Astrid. Gandet Generation-TedxTuguPahlawan2013. (Youtube). (2013). TedxTuguPahlawan. Tersedian dalam <http://goo.gl/fwXL6K> [Diakses 2 Januari 2014]
02. After Gen X, Millennials, what should next generation be? .USA Today [Internet]. Tersedia di <http://goo.gl/wEGChP> [Diakses Januari 2014]
Genentrasi abad 21 Indonesia tidak boleh kehilangan momentum untuk memajukan Indonesia gara-gara kekurangan guru, jangan sampai anak yang penuh potensi tersia-siakan karena tidak mendapat pendidik handal, ini yang sedang pelajar butuhkan, pendidikan tambahan online berkualitas, kami butuh knowledge society. Khas abad 21 semangat 45.
Generasi petama abad 21 harus bangga dengan kekayaan dan keluhuran warisan budaya Indonesia, dan yakin bahwa kejayaan Indonesia yang lebih besar masih menanti di masa depan. "pengabdian, keunggulan, inovasi, keterbukaan, konektifitas"adalah semboyan kami.
Perubahan yang terpenting adalah modernisasi cara pandang, karena Indonesia abad ke-21 harus memiliki wawasan abad ke-21 guna menjawab berbagai tantangan baru yang belum terpikirkan oleh generasi pendahulu. Kebesaran sebuah bangsa tercermin dalam sastranya, seni arsitekturnya, dan desain-nya, kami ingin mendorong kebangkitan Indonesia di dunia seni dan industri kreatif, dan ini semua dimulai dari sebuah pendidikan.
Daftar Pustaka :
01. Wiratna, Astrid. Gandet Generation-TedxTuguPahlawan2013. (Youtube). (2013). TedxTuguPahlawan. Tersedian dalam <http://goo.gl/fwXL6K> [Diakses 2 Januari 2014]
02. After Gen X, Millennials, what should next generation be? .USA Today [Internet]. Tersedia di <http://goo.gl/wEGChP> [Diakses Januari 2014]
Indentitas Penulis :
Nama : Muhammad Ali Fikri
Alamat : Jalan Raya Lasem Sidayu no 27 Kab. Gresik 61153 Jawa Timur.
Hp : 087753393797
Kategori 2 : Tingkat SLTP dan SLTA
Alamat : Jalan Raya Lasem Sidayu no 27 Kab. Gresik 61153 Jawa Timur.
Hp : 087753393797
Kategori 2 : Tingkat SLTP dan SLTA