Thursday 27 February 2014


Bicara soal masalah yang akan kita hadapi memang tidak ada habisnya. Karena masalah memang sunatullah yang tidak bisa kita tiadakan, masalah bukan berati bencana atau akhir dari segalanya, karena setiap masalah tentunya juga punya yang namanya solusi.
 
Indonesia saat ini berada di persimpangan sejarah. Pertumbuhan ekonominya terbesar ke dua se asia, demokrasinya di urutan ke tiga dunia, dan pertumbuhan kelas menengah ke atas memimpin di kawasan asia tenggara, banyak pengamat memprediksi Indonesia bakal menjadi Negara yang maju alias adidaya. Kita boleh bangga, tapi kita juga punya banyak sekali masalah yang harus di selesaikan.

Ancaman bangsa yang paling nyata adalah korupsi, kebodohan, ketidak-pedulian, potensi konflik, marginalisasi, ekstrimisme, xenophobia dan ketidak-mampuan membaca tanda zaman. Masalah ini bukanlah topik baru, sudah bertahun-tahun sejak republik ini merdeka. Terselesaikan ? belum, kebijakan baru justru menimbulkan masalah baru. Kebijakan yang tidak fokus pada akar masalah hanya memperpanjang masa aktif masalah tersebut juga memicu masalah baru.

Bila kita cari benang merahnya, hampir semua masalah yang sedang kita hadapi akarnya adalah masalah pendidikan. Jangankan daerah pelosok, di daerah yang mudah di akses saja persebaran guru tidak merata, belum lagi ketika kita berbicara masalah kualitas atau kepasitas tenaga pendidik dan infrastruktur. 


Menyelesaikan masalah pendidikan bukan hal mudah. Namun, penulis mencoba memberi sebuah gagasan yang mungkin membantu untuk mengurangi masalah pendidikan yang ada. Tentunya dengan sudut pandang khas pelajar dan gen z atau generasi 21 sesuai background penulis.

Alangkah baiknya kita mengenal dulu apa itu gen z secara singkat. Kalau kita memakai teori yang di kembangkan di Amerika, sekarang kita hidup di sebuah generasi baru yang di sebut gen z, kalau menurut Indonesia namanya generasi 21 atau generasi emas. Generasi yang identik dengan teknologi, terkenal sebagai multi-tasker yang handal, 20% waktunya habis di social media, dan internet menjadi kebutuhan pokok layaknya makanan.

Abad 21 membawa banyak perubahan, salah satunya pada bidang pendidikan. Sistem konvensional mulai berkombinasi dengan sistem modern menghasilkan pendidikan online. Memberikan akses lebih mudah bagi pelajar untuk belajar dari tenaga pendidik handal. 
Rovolusi pendidikan yang dipelapori oleh Salman Khan ini sebenarnya memberikan kita jawaban akan masalah pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan penyebaran guru dan kapasitas tenaga pendidik. 

Khan Academy yang di rintisnya sangat membatu bagi siswa dalam proses perjalan intelektual sang pembelajar, namun bahasa pengantarnya adalah bahasa inggris yang tidak semua siswa dapat memahami. Sebenarnya di Indonesia sudah ada, tapi berbentuk lembaga bimbingan belajar jarak jauh yang berpusat di Jakarta, responnya juga positif dan berdampak besar dalam perjalanan intelektual murid. Namun, karena harus membayar memberi kesan bahwa pendidikan layak hanya bagi mereka yang berduit.

Penulis melihat bahwa untuk sedikit membantu mengurangi masalah pendidikan yang tak kunjung selesai,khususnya kualitas tenaga pendidik pemerintah harus menyediakan akses media pembelajaran baik online maupun offline untuk pelajar dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia oleh tenaga pendidik handal. Karena orang hebat lahir ditangan orang hebat, maka pelajar hebat tentunya di cetak oleh guru hebat.

Seperti apa bentuk media pembelajaran tersebut ? media belajar yang sedang dibutuhkan pelajar generasi z sekarang ini adalah sebuah media pembelajaran berupa video berisi muatan materi sesuai kurikulum sekolah, baik yang bisa di akses melalui internet ataupun secara offline bagi yang daerah yang belum terjamah internet.

Ada banyak aspek yang harus diperhatikan, tidak hanya tenaga pendidik yang harus berkualitas. Biaya, koneksi internet yang belum rata dan sekolah yang berada dipelosok yang komputer saja mungkin tidak punya menjadi aspek yang harus diperhatikan.

Salah satu program menkominfo adalah meningkatkan dan meratakan koneksi internet, jadi tidak usah pusing-pusing di bahas karena sudah ada yang mengatur. Soal biaya pembuatan media belajar berupa video sepertinya pemerintah, mendikbud khususnya sangat mampu, kalau lembaga non pemerintahan seperti khan academy saja mampu apalagi sebuah Negara yang setiap tahunnya memiliki anggaran khusus untuk pendidikan.  lebih-lebih anggaran selalu naik, Anggaran Pendidikan Tahun 2014 saja naik 7,5 % menjadi Rp 371,2 Triliun.

Untuk sekolah yang dipelosok dan tidak memiliki komputer rasanya anggaran untuk sebuah komputer  dan lcd rasanya bukan hal sulit untuk arti sebuah perubahan dan melunasi janji kemerdekaan oleh pemerintah, kalau tidak terjamah internet pemerintah bisa memberikan keeping cd berisi file media pembelajaran yang bisa di akses secara offline sehingga tidak lagi menjadi halangan.

Boleh dibilang cara ini paling efektif dan efisien selagi kita menunggu pemerataan kualitas guru. Pemerintah hanya perlu menyidikan beberapa guru yang berkualitas sebagai pemateri yang bisa diajarkan kejutaan siswa-siswi.  Saatnya pemerintah mencetak generasi cerdas dengan cara khas generasinya.

Dengan begitu, kekurangan guru yang layak bisa diturunkan, kekosongan guru handal dipelosok bisa sementara terisi sehingga tidak banyak waktu yang terbuang. Guru yang tadinya kurang menguasai materi juga bisa kembali. Pendidikan model ini yang sedang dibutuhkan gen z.

Genentrasi abad 21 Indonesia tidak boleh kehilangan momentum untuk memajukan Indonesia gara-gara kekurangan guru, jangan sampai anak yang penuh potensi tersia-siakan karena tidak mendapat pendidik handal, ini yang sedang pelajar butuhkan, pendidikan tambahan online berkualitas, kami butuh knowledge society. Khas abad 21 semangat 45.

Generasi petama abad 21 harus bangga dengan kekayaan dan keluhuran warisan budaya Indonesia, dan yakin bahwa kejayaan Indonesia yang lebih besar masih menanti di masa depan. "pengabdian, keunggulan, inovasi, keterbukaan, konektifitas"adalah semboyan kami.

Perubahan yang terpenting adalah modernisasi cara pandang, karena Indonesia abad ke-21 harus memiliki wawasan abad ke-21 guna menjawab berbagai tantangan baru yang belum terpikirkan oleh generasi pendahulu. Kebesaran sebuah bangsa tercermin dalam sastranya, seni arsitekturnya, dan desain-nya, kami ingin mendorong kebangkitan Indonesia di dunia seni dan industri kreatif, dan ini semua dimulai dari sebuah pendidikan.


Daftar Pustaka :

01. Wiratna, Astrid. Gandet Generation-TedxTuguPahlawan2013.  (Youtube). (2013). TedxTuguPahlawan. Tersedian dalam <http://goo.gl/fwXL6K> [Diakses 2 Januari 2014]
02. After Gen X, Millennials, what should next generation be? .USA Today [Internet]. Tersedia di <http://goo.gl/wEGChP> [Diakses Januari 2014]




Indentitas Penulis :
Nama        : Muhammad Ali Fikri
Alamat      : Jalan Raya Lasem Sidayu no 27 Kab. Gresik 61153 Jawa Timur.
Hp            : 087753393797
Kategori 2 : Tingkat SLTP dan SLTA
 
Categories: ,
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment