Tuesday 4 March 2014

Dekandensi moral bangsa saat ini sungguh sangat memperhatikan, tawuran antar pelajar, pergaulan bebas, narkoba, apatis sosial dan berbagai fonomena miris lainnya akhir-akhir ini menjadi trending topic yang menghiasi berbagai media massa.

Pemuda yang seharusnya menjadi motor perubahan kini sepertinya hanya menjadi angan-angan, hal ini tidak terlepas dari masa remaja yang berperan penting dalam proses pembentukan kepribadian seorang pemuda. oleh karena itu, memperhatikan masa remaja sangatlah diperlukan untuk menciptakan pemuda yang mampu melebur kemampuan otot dan fisik menjadi satu, tidak hanya mengandalkan kemampuan otot sebagaimana terjadi akhir-akhir ini.

Masa remaja indentik dengan masa keguncangan (stress dan strom) dimana mereka sedang mengalami krisis identitas. Bila kita melihat buku Adolescence karya John W. Santrock, ternyata tidak semua remaja mengalami krisis identitas, ada sekelompok remaja minoritas yang memasuki masa remaja dengan identitas yang sangat kokoh. Fonomena ini disebut sebagai identity foreclousure.

Remaja yang mengalami identity foreclousure ini tidak terjadi secara kebetulan, melainkan melalui proses panjang yang berkesinambungan. Menurut Muhammad Fauzil Adhim faktor-faktor yang menyebabkan seorang anak mampu memasuki masa remaja dengan identitas diri yang jelas dan kepribadian yang mantap dipengaruhi oleh lingkungan dan buku-buku bacaan yang mereka baca.

Sayangnya saat ini lingkuan tidak lagi mendukung untuk menciptakan remaja berkelas identity foreclousure. ketidaksiapan menerima globalisasi adalah salah satu penyebabnya. Tayangan televesi yang menyuguhkan sinetron remaja bertema percintaan merubah sudut pandang masyarakat dalam melihat hubungan antara dua remaja yang memiliki ikatan emosi khusus (pacaran) terlihat biasa-biasa saja, ini berbeda dengan budaya indonesia dahulu dimana hal ini merupakan sesuatu yang menyalahi nilai dan norm. Ditambah lagi semakin cepatnya perkembangan teknologi membuat remaja seakan-akan memiliki kewajiban memiliki sebuah HP yang sebenarnya tidak perlu.

Waktu yang seharusnya mereka gunakan semaksimal mungkin untuk belajar digunakan untuk bercinta dan memainkan HP. Mungkin pernah anda jumpai seorang anak yang lebih asyik bermain HP dari pada mendengar ceramah ketika di masjid atau lebih asyik bermain HP ketika diajak ngobrol, ini sedikit contoh. Buku-buku bacaan yang seharusnya mereka baca disepelehkan. Alhasil terbentuklah remaja yang mengalami krisis identitas.

Ketika mereka mengalami krisis identitas mereka akan memasuki masa muda dengan pemahaman, cara pandang dan memiliki kepribadian yang buruk. Inilah yang menyebabkan dekadensi moral bangsa saat ini. Sesuatu yang menyalahi nilai dan moral mereka anggap sesuatu yang membanggakan.
Dari fakta diatas orangtua dan sekolah dirasa memerankan peran penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung terbentuknya remaja berkelas identity foreclousure dalam melewati masa remaja mereka. Seorang remaja perlu budaya belajar yang kuat agar mereka tumbuh sebagai pemuda yang kaya gagasan, penuh inovasi dan keberanian tinggi untuk berusaha serta siap menghadapi kegagalan. Meraka tidak perlu budaya alay dan galau seperti yang menghiasi kehidupan remaja sekarang.

Maka, jika masalah tersebut diperhatikan dengan serius tidak bisa dipungkiri di masa yang akan datang  terbentuk pemuda-pemuda yang mampu melebur kemampuan otot dan otak menjadi prestasi yang membanggakan, pemuda akan saling adu prestasi, bukan mengandalkan kemampuan otot yang berujung dekadensi moral seperti tawuran yang menjadi budaya pemuda zaman sekarang.
Muhammad Ali Fikri
Jum'at 30/11/2012 (22.27)
Categories: ,
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment