Tuesday 4 March 2014

Mengawali tulisan ini izinkan saya mengutip sebuah frasa hasil diskusi Space (sebelas IPA c) yang terjadi di sela-sela jam kosong my dear friends, ini dia :
“Cara terbaik move on adalah dengan cara berjama’ah/together-an”

Tak bisa dipungkiri bahwa setiap individu memiliki sebuah keinginan untuk move on menjadi pribadi yang lebih berkualitas, dalam prosesnya ada beberapa factor yang mempengaruhi berhasil tidaknya seorang individu untuk berubah. Factor terpentingnya adalah teman yang termasuk dalam bingkai lingkungan.

Yang dimaksud teman disini adalah teman yang menemani keseharian kita, kalau teman dibagi menjadi beberapa ring, maka ring pertama merupakan teman paling dekat, ring dua teman biasa, ring ketiga cukup dengan kenal, dan disusul ring selanjutnya yang semakin keluar menunjukkan rendahnya hubungan kualitas pertemanan.

Nabi kita pernah menganalogikan bagaimana teman mempengaruhi kualitas pribadi kita melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim, bunyinya : “Sesunggunya perumpamaan teman yang baik dan buruk itu seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin mencipratkan arama wanginya atau engkau membelinya atau engkau hanya mencium harumnya. Sementara pandai besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium bau yang tidak sedap”

Analogi ini bukan hanya klop bila dikaji dengan pendekatan ilmu social, tapi juga klop bila dikaji dengan pendekatan ilmu alam. Penelitian menunjukkan bahwa manusia memancarakan gelombang energy elektromagnetik yang berporos pada mekanisme Otak-Jantung dengan radius 1 meter lebih dari kordinat titik tubuhnya. Sehingga bisa mengimbas kepada orang-orang yang berada di dekatnya.

Inilah penjelasan mengapa berteman dengan orang sabar kita akan terimbas energy kesabaran, berteman dengan orang yang penuh emosional kita akan terimbas energy emosional. Dan betapa mulianya agama kita yang menganjurkan untuk berteman dengan orang sholeh, supaya anda terimbas energy kesholehan.

Kembali kepada frasa yang saya kutip di atas maka cara tercepat untuk berubah adalah dengan berjama’an atau bebarengan. Misalnya ada 15 kumpulan anak baik bila kalian ingin berubah jadi baik juga maka cara tercepatnya adalah dengan berteman dengan 15 anak tersebut. Energy jelek yang ada pada 1 orang tersebut akan di singkirkan oleh energy baik 15 anak tersebut, jika ingin berubah jadi bersifat jelek juga tinggal berteman orang yang bersifat jelek, karena energinya akan meresonansi.

Ini berbeda bila kita mencoba berubah dengan sendirian, maka energy yang ada hanya stagnan tampa mempengaruhi kualitas kepribadian seseorang, tapi lain lagi bela di temani dengan buku, karena buku juga merupakan kumpulan dari energy yang telah disimpan oleh sang penulis untuk mempengaruhi si pembaca.

Namun pada zaman internet teman juga bukan sekedar  interaksi yang beradius 1 meter, ada jejaring social yang tak mengenal radius. Apakah juga berdampak ?

Ternyata jawabannya iya, kerena tulisan yang kita tulis juga menyimpan energy, termasuk juga foto. Entak tulisan di facebook, twitter, blog, atau sebuah buku. Inilah penjelasanya mengapa tak jarang ada sebuah buku yang membuat pembacanya meneteskan air mata, bahagia, bahkan juga mengeluarkan energy kesdiahan. Lewat energy yang tersimpan dalam tulisan si penulis mengimbaskan energinya. Betapa pentingnya memilih teman, baik dalam dunia nyata maupun maya. Keduanya saling berkolaborasi untuk mempengaruhi kualitas pribadi seseorang melalui caranya sendiri-sendiri.


Wallahu a’alam
2/15/2013 (06:47)
Categories: ,
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment